11 Jun 2012

Swing Girls (Part 2)



Mereka kembali bingung bagaimana mencari pekerjaan baru. Sekiguchi mengusulkan untuk mencari jamur matsutake di gunung. Mereka setuju.

Di gunung, Nakamura mengeluh mengapa ia juga harus mencari-cari jamur. Yoshie menjawab itu karena bagi para gadis, berada di gunung adalah hal yang berbahaya. Terutama bagi Yoshie yang memiliki pinggul yang indah.

Naomi mencibir, itu malah seperti  pinggul beruang. 

Tomoko menemukan sebuah jamur. Teman-temannya bertepuk tangan. Nakamura menemukan seuah jamur. Tetapi itu adalah jamur beracun.





“Hebat… apakah hutan ini milik keluargamu?” Nakamura bertanya kepada Sekiguchi. Sekiguchi menggeleng.

“Lalu sejauh apa kita bisa mengambilnya?” Nakamura kembali bertanya.

Dan bukannya menjawab, Sekiguchi malah mengulang pertanyaannya, “Sejauh apa?”

“Eh? Bukankah hutan ini milik kakekmu?”

“Bukan. Ini milik kakek sepupu teman ibuku.”

Nakamura langsung mengerut. “Apa ini benar-benar legal…” gumamnya.

“Sudahlah. Di Jepang hal itu sangat ambigu.” Timpal Naomi.



Tomoko menemukan papan peringatan yang berbunyi: Peringatan! Pencuri akan didenda 500 ribu yen. Mereka semua terkejut. Tepat pada saat itu, mereka melihat petugas hutan yang sedang berkeliling. Tomoko dkk pun kontan melarikan diri. 


Keluar mulut harimau, masuk ke mulut buaya. (Atau terbalik?) Setelah menghindari petugas hutan, mereka lantas bertemu babi hutan.

Mereka menjerit histeris dan adegan kejar-kejaran pun dimulai.






Mereka berlima mendapatkan sertifikat beserta uang penghargaan karena telah mengalahkan babi hutan itu. Mereka sangat senang dan langsung menggunakan uang itu untuk membeli instrumen bekas.


Yah. Namanya juga instrumen bekas, begitu dipakai langsung copot. Di dalam drum Naomi, bahkan ada tikus yang bersarang.


“Inilah yang kumaksud dengan menggunakan instrumen bekas.” Ujar Nakamura.

“Lalu mengapa kau tidak bilang sebelum kita membelinya?” Tomoko menyalahkan Nakamura. “Kau memiliki pandangan tentang ini tetapi tidak mengatakannya!”

“Tapi…”

“Jangan tapi-tapi!” bentak Tomoko, “Kita sudah menghabiskan uang kita! Apa yang harus dilakukan sekarang!”


“Kau mungkin bisa memperbaikinya.” Usul si gadis gitar memotong.

“Ah! Jangan-jangan…” Si gadis bass terkejut.


Mereka bertujuh datang ke sebuah tempat pembuangan mobil bekas. Mereka menemui dua pemuda mantan pacar/anggota band si gadis bass dan si gadis gitar. Kedua pemuda itu diminta memperbaiki instrumen Tomoko dkk. 

Setelah negosiasi yang aneh (soalnya kedua cowok itu pake nangis2 sambil nyanyi lagu ciptaan mereka yang geje), instrumen musik Tomoko dkk pun diperbaiki.




Mereka langsung berlatih dengan senang begitu instrumennya jadi. Sayangnya, lantas dilempari batu oleh anak-anak kecil karena berisik.


Latihan dipindah ke tempat karaoke. Dan tentu saja langsung diusir oleh manajer tempat itu.

Yoshie mengeluh, lalu di mana mereka bisa latihan?

Seorang pria menawarkan mereka bermain di tempatnya.



Swing girls tampil di depan sebuah supermarket. Tapi karena pertunjukannya hancur, penonton malah jadi pergi. Pria yang menawari tempat itu lantas marah kepada mereka.



Saat berberes, si gadis gitar dan gadis bass pergi meninggalkan kelompok itu.

Sekiguchi berbicara pada seorang pria asing yang sepertinya mengerti soal musik jazz. Nakamura bertanya siapa pria itu. Karena kacamatanya lepas, Sekiguchi tidak bisa melihat dengan jelas.


Tomoko cs mengikuti pria itu sampai ke rumahnya. Dari kaca jendela, mereka melihat pria itu memainkan saksofon dengan oke. Dan saat menoleh, ternyata pria itu adalah…


…Guru matematika mereka.

Pak Guru menunjukkan beberapa koleksi album piringan hitam jazznya. Ia mengayunkan tangannya dengan semangat, meniru konduktor saat melakukan conducting.



Tomoko mengambil saksofon Pak Guru dan tak sengaja menjatuhkan buku pelajaran berjudul 101 Jazz, Mahir dengan Sangat Cepat. Yoshie mengira buku itu untuk mereka.

Pak Guru bilang itu adalah awal yang bagus. Tomoko menjawab, kau akan mengajari kami tentang jazz bukan? Pak Guru terkejut dan bingung, lalu mengangguk dengan ragu.



Tomoko dkk terpekik senang. Nakamura menyerahkan saksofon Pak Guru sambil berkata, tolong ajari kami, Guru.

Pak Guru langsung memainkan saksofon dengan gaya yang mantap…

…dan ia pun dimarahi oleh guru les musiknya karena permainannya yang sama sekali tidak ada kemajuan. (Jadi orang ini rupanya nggak bisa musik. -__-a)

Ia sudah belajar 3 tahun dan tidak ada perubahan. Pengiring latihannya sampai marah-marah. Tetapi Pak Guru matematika punya alasan kali ini, sehingga ia harus berlatih sungguh-sungguh.

Lalu guru musiknya mengajari tentang beat.



Pak Guru matematika kemudian meneruskan pelajaran mengenai beat pada murid-muridnya.



Murid-murid pulang. Sekiguchi mendengarkan lagu lampu lalu lintas yang terdengar seperti jazz. 


Nakamura berkata bukan. Ia bertepuk tangan sesuai ketukan lagu. Sekiguchi bertepuk tangan pada beat yang berbeda.

Wow, ini jazz! 



Mereka lantas bertepuk tangan sesuai irama jazz. Setelah mengerti tentang beat, mereka mulai bisa merasakan musik jazz yang ternyata ada di mana-mana; tempat parkir, tempat ping-pong, dll.



Esoknya anggota band Swing Girls kembali menampilkan pertunjukan jalanan. Kali ini musiknya lebih rapi. Semua penonton bertepuk tangan.

Selesai menampilkan sebuah lagu, di papan poster Swing Girls, Nakamura menambahkan tulisan and a boy di bawahnya.
Swing Girls (and a boy) mulai bermain lagi. Para mantan anggota Swing Girls melihat pertunjukan itu dan langsung buru-buru pergi ke toko instrumen. Mereka menggadaikan barang mewah mereka untuk ditukar dengan instrumen musik.


Dengan seragam sekolah lengkap, mereka turut meramaikan pertunjukan yang ditutup dengan tepuk tangan meriah ini.


Tomoko berlari sekencangnya. Ia menunjukkan poster pengumuman pertunjukan band pelajar.

Tetapi rupanya teman-temannya juga menggenggam poster yang sama.



Mereka berencana ikut dan meminta Pak Guru matematika menjadi konduktor mereka.


Di atap sebuah gedung, para Swing Girls (and a boy) membuat video demonstrasi mereka. 

Pak Guru menyerahkan video demo itu kepada Tomoko untuk dikirim.
Yoshie meminta petunjuk dari Pak Guru untuk penampilan solonya, namun Pak Guru mengelak untuk memberikan arahan.

Tomoko melempari Yoshie dengan bola salju dan dalam sekejap, perang salju pun pecah.



Tomoko juga melempar bola salju kepada Nakamura. Saat Nakamura akan membalas, Tomoko terjatuh dan terbaring seperti orang mati. 


Nakamura menurunkan bola saljunya dan menawari Tomoko uluran tangan. 
Tomoko langsung bangkit dan menendang pohon di dekat Nakamura. Nakamura yang kejatuhan bom salju pun hanya bisa bengong.

“Bodoh.”


Tomoko dkk melihat foto-foto anggota brass band. Bu Guru datang dan mendapati mereka sedang mengamati seragam-seragam klub brass band. Mereka membicarakan tentang audisi dan musik jazz dengan Bu Guru.

Bu Guru berkata, untuk musisi klasik, menangkap irama jazz adalah hal yang sulit. [klub brass band sepertinya mengiblat ke musik klasik]

Para murid lantas bertanya tentang tumpukan piringan lagu jazz yang belajar di lemari klub brass band. Ternyata Pak Guru matematika yang meletakkannya di sana sekitar 2-3 tahun lalu. Mungkin Pak Guru menyukai Bu Guru, terka Nakamura. 


Dia sangat berdedikasi, aku mengundangnya datang tapi entah mengapa ia berhenti datang setelah beberapa waktu.

Bu Guru lantas menyemangati mereka. Peserta pertunjukan musik itu tidak banyak, jadi seharusnya mereka lolos audisi video demo, papar Bu Guru. Ia lalu meninggalkan ruangan.


Seketika Tomoko teringat kepada video yang belum dikirimnya. Ia mencoba pamit untuk pulang terlebih dahulu. Nakamura mengira itu karena Tomoko mau makan ramen sendiri, tanpa mereka. Bukan itu, sahut Tomoko.


Tomoko berlari dan memasukkan video demo ke dalam kotak pos. Dan ia berdoa sungguh-sungguh supaya video itu tiba tepat waktu.

Yoshie berlatih untuk penampilan solonya. Ia merasa harus menambahkan nada tinggi pada bagian terakhir, tetapi tidak tahu tekniknya. 

Seekor tikus muncul dari ujung terompet Yoshie, menyebabkan Yoshie terkejut dan mengeluarkan nada tinggi yang ia inginkan.

Ah, berhasil! Berhasil!



Nakamura tampak puas dengan potongan rambut barunya. Di seberang jalan, ia melihat Pak Guru matematika masuk ke dalam sekolah musik dengan gestur yang aneh. Nakamura mengikutinya.



Di dalam, ia mendapati kenyataan bahwa Pak Guru tidak becus bermain musik. Ia terkejut. Pak Guru juga membeku saat tahu Nakamura berada di sana.

Pak Guru meminta maaf. Ia mohon hal ini jangan sampai tersebar kepada para gadis. Ia tidak punya muka untuk menjadi konduktor pada pertunjukan mereka.
Sebuah surat balasan tiba dan Tomoko menerimanya dengan senang. Ia membuka surat itu dan membacanya. “Tahun ini, mempertimbangkan jumlah peserta yang banyak secara tak terduga, kami mengadakan pertunjukan dengan memakai sistem siapa cepat dia dapat. Sayang sekali…”


Tomoko lemas dan menjatuhkan surat itu. [Karena Tomoko telat mengirimkan video, sepertinya mereka tidak dapat jatah tampil]



Para Swing Girls mempersiapkan kostum mereka sendiri. Yoshie membuat jimat berbentuk boneka tikus. Ia menyapa Tomoko yang tampak murung.




Tomoko berusaha mengaku pada Yoshie, tapi batal karena Yoshie dipanggil. Lalu kepada Naomi, yang kemudian gagal juga. Lalu Sekiguchi dan seluruh kelas, tetapi akhirnya tidak jadi juga.


Anggota brass band berangkat duluan dengan bis, sementara Swing dengan kereta. Di dalam kereta, mereka berfoto ceria, sementara Tomoko masih murung. Tomoko duduk di gerbong lain. Nakamura menyusulnya dan bertanya apakah Tomoko sakit.


Yoshie berseru melihat Nakamura dan Tomoko berduaan, mengira itu adalah sebuah momen pernyataan cinta. Semuanya ikut terpekik senang. 


Di sisi lain, Tomoko akhirnya bisa juga mengakui isi surat pemberitahuan yang diterimanya kepada Nakamura. Pada saat yang sama, kereta berhenti berjalan.



Nakamura kembali ke gerbong para Swing Girls dengan wajah lesu. Yoshie menepuknya sambil berkata, ini bukan waktunya untuk ber-lovey dovey. Sementara itu, Tomoko bersembunyi di balik tempat duduk.

Nakamura lalu meneruskan hal yang disampaikan Tomoko kepada teman-temannya yang lain.


Para Swing Girls tentu saja naik pitam. Mereka menatap Tomoko tajam.

“Aku tak percaya, setelah kita berlatih dengan begitu keras…” kata Yoshie.
“Aku tak bisa menerimanya. Ini benar-benar konyol.” Timpal yang lain.

Tomoko merasa sangat bersalah.


Seorang penumpang kereta menyetel radio yang menyiarkan musik jazz. 


Sekiguchi ikut membunyikan instrumennya, disusul yang lain. Jadilah pertunjukan dadakan di dalam kereta.

Tomoko yang menyaksikan hal itu, semakin lemas.


Nakamura menyerahkan saksofon kepada Tomoko, menariknya untuk bergabung dengan mereka. Tomoko pun tersenyum dan ikut bermain dalam pertunjukan dadakan itu.


“Tolong berhenti sebentar!” pinta Nakamura yang menyadari ada sesuatu.

Di luar kereta, Bu Guru memanggil dari dalam bus yang menjemput mereka.

Bu Guru menjelaskan bahwa karena ada satu peserta yang tidak bisa hadir, Swing Girls bisa ikut dalam pertunjukan itu. Jadi Bu Guru cepat-cepat pergi untuk mencari mereka.


Tomoko senang karena Bu Guru bersusah payah hanya untuk mencari mereka.
 “Oh, tidak! Seragam kita tertinggal di dalam kereta!” pekik Yoshie. Semua menjerit kaget.


“Sayang sekali mereka sudah tidak ada waktu kembali,” ujar Bu Guru. 

Aaaah, semuanya langsung menepuk kepala masing-masing.
 Pertunjukan musik terus berlangsung, hingga pada akhirnya giliran Swing Girls tiba. MC menjelaskan bahwa anggota Swing Girls terjebak kereta yang mogok, sehingga tidak bisa hadir. Sebagian penonton mulai meninggalkan kursi.
 Tiba-tiba Swing Girls naik ke atas panggung. Penonton geli melihat penampilan mereka yang belepotan salju. Swing Girls lalu menempatkan diri dengan gugup.
 Melihat kegugupan para muridnya, Bu Guru menurunkan layar background. MC yang cuma bisa mendesah kecil kemudian berkata,
 “Ini dia sebuah ensembel Big Band Jazz yang jarang untuk kalangan band pelajar, Swing Girls! Silakan.”



Naomi mengetuk aba-aba dengan asal karena kegugupannya belum hilang. 

 “Tunggu!” seru Sekiguchi. Ia menggetarkan garpu tala dan mendekatkan benda itu ke pendengarannya. Ia melakukan tuning, diikuti oleh anggota Swing Girls yang lain. 
Bu Guru bergumam mengkhawatirkan instrumen mereka yang dingin karena salju.

 Naomi membenarkan drumnya, sementara Yoshie menaruh boneka tikus di ujung terompetnya.
 Para Swing Girls mengangguk siap. 
Nakamura juga memberi kode yang sama. 

Naomi mengawali dengan hitungan yang pas dan pertunjukan Swing Girls pun dimulai.
 Seluruh penonton yang tampak terhanyut dalam alunan lagu yang dibawakan Swing Girls. Bahkan penonton yang sudah berada di luar pun kembali ke dalam ruangan.
 Kedua reparator instrumen membuat si gadis bass dan gadis gitar melongo karena mereka membawa spanduk bertuliskan Suka Suka Suka Suka.





 Lagu pertama mendapat tepuk tangan meriah dan lagu kedua pun dimulai beberapa saat setelahnya.


Sewaktu bermain, Tomoko berseru senang saat melihat Pak Guru matematika. 
Para Swing Girls yang senang gurunya turut hadir di pertunjukan itu, bermain dengan lebih semangat.
 Kedua reparator mendapat ide untuk melakukan sesuatu dengan lighting panggung.




Lampu menyorot Naomi saat pertunjukan solo drum. Si gadis gitar dan gadis bass tersenyum saat mengetahui kedua mantan pacar merekalah yang ada di balik ide cerdas itu


 Penonton bertepuk tangan meriah atas gebukan drum Naomi. Kemudian, saat suara instrumen lain masuk, penonton mulai bertepuk tangan mengikuti beat.



 “Ada dua jenis orang di dunia, yang melakukan swing dan yang tidak.” Ujar Inoue dan ia pun berdiri sambil bertepuk tangan yang kemudian diikuti seluruh penonton.

 Lampu menyorot Sekiguchi yang tampil dengan bagian solonya.

 Di belakang bangku penonton, Pak Guru melakukan kondukting dan dengan bangga mengakui Swing Girls adalah anak didiknya. Bu Guru mendekatinya sambil berkata, Jazz lebih keren daripada yang kupikirkan.
 Sementara itu, permainan Swing Girls semakin bagus. Yoshie mendapatkan sorot lampu saat memainkan bagian solonya.
 Seperti waktu latihan, ia berhasil mencapai nada tinggi pada bagian terakhir, sehingga membuat penonton berseru memuja.
 Kali ini giliran solo Nakamura, yang dilanjutkan dengan duet bersama Tomoko yang memainkan saksofonnya sambil berdiri.
Seluruh gadis juga berdiri saat masuk kembali ke dalam lagu, kemudian mereka bersama-sama memainkan bagian terakhir lagu dengan sempurna.




Penonton memberikan tepuk tangan yang semeriah mungkin saat lagu itu berakhir.
Dan Swing Girls pun tersenyum dengan sangat lebar. Ini merupakan hasil pencapaian yang sangat manis, terutama setelah perjuangan berat yang mereka lakukan sebelumnya.






-----
END
-----

Cuma satu hal yang perlu di sayangkan: Tomoko dan Nakamura nggak dapet scene jadian /plak! Apa boleh buat? Film-film Jepang diproduksi tanpa kenal takut filmnya gak laku sih. Jadi isinya nggak terjebak rumus ampuh romantic comedy.

Overall, cerita ini sangat oke. Unsur humor yang diselipin sukses membuat saya ngakak. Terutama bagian kejar-kejaran sama babi hutan. Porsi pertunjukan musik di bagian terakhir cukup banyak dan digarap dengan bagus. Saya terbawa tense lagu yang awalnya lambat, semakin lama semakin cepat, dan mencapai klimaks dengan mulus. Bisa ikut menikmati dan ngerti di mana bagusnya pertunjukan itu walaupun saya sebenernya buta musik.

Well, it was outstanding!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan meninggalkan jejak :D