Episodes: 9
Viewership rating: 6.1 (Kanto)
Broadcast period: 2009-Jan-13 to 2009-Mar-10
Original writing (manga): Kami no Shizuku by Agi Tadashi
Screenwriter: Watanabe Yusuke (渡辺雄介)
Producers: Kuwabara Joya (桑原丈弥), Akimoto Takayuki (秋元孝之)
Directors: Nakajima Satoru (中島悟), Ishio Jun (石尾純)
Casts:
Kamenashi Kazuya as Kanzaki Shizuku
Tanabe Seiichi as Tomine Issei
Naka Riisa as Shinohara Miyabi
Takenaka Naoto as Doi Robert
Furuya Ikko as Kanzaki Yutaka
Toda Naho as Kiryu Ryoko
Receptions:
12th Nikkan Sports Drama Grand Prix: Best Drama
12th Nikkan Sports Drama Grand Prix: Best Actor - Kamenashi Kazuya
12th Nikkan Sports Drama Grand Prix: Best Supporting Actor - Tanabe Seiichi
12th Nikkan Sports Drama Grand Prix: Best Supporting Actress - Naka Riisa
-----
神の雫 (The Drops of God)
-----
Seorang
pemuda mengunjungi sebuah makam. Di sana sudah ada seorang pria yang juga
mengunjungi makam itu. Si pemuda bertanya, apa yang pria itu lakukan di sana.
“Aku
datang untuk berbincang dengan ibumu,” sahut pria itu. Di atas makam ada
sebotol DRC Richebourg. Pemuda itu tampak kesal sementara si pria yang
merupakan ayahnya sedang akan beranjak pergi.
“Tunggu,”
panggil pemuda itu. “Apakah wine saja yang bisa kau berikan pada ibu di hari
peringatan kematiannya?” Sang pemuda meminta ayahnya untuk membawakan bunga
lain kali. Si pria hanya berlalu tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Pemuda itu dengan marah lantas memecahkan botol wine yang dibawa ayahnya. Aroma harum menguar dari botol yang dipecahkannya, menusuk penciuman tajam pemuda itu.
Di sebuah restauran, seorang calon sommelier mengambil sebotol DRC Richebourg untuk dituangkannya ke gelas tamu yaitu direktur perusahaan beer. Direktur tersebut komplain karena winenya pahit. Setelah mencobanya sendiri, calon sommelier itu terkejut.
[sommelier= pelayan khusus wine]
Kanzaki
Shizuku mengambil alih kekacauan kecil itu dengan meminjam gelas decanter.
[decanter=
gelas untuk melakukan decantage.]
Ia lantas melakukan decantage dengan teknik yang membuat semua orang terpukau. Setelah itu, rasa wine berubah lezat.
[decantage= memasukkan udara ke wine dengan memindahnya ke decanter sehingga wine akan terasa lebih lembut dan harum]
Sang
direktur meminta Shizuku mencobanya, tetapi Shizuku menolak dengan dalih dia adalah
pegawai perusahaan beer.
Sementara
itu, diam-diam sang calon sommelier mencicipi wine yang telah di-decantage
tadi. Dan ia kemudian terkejut dengan kelezatan wine itu yang membuatnya merasa
seperti berada di padang bunga.
Di
perusahaan beer, Shizuku dipindahtugaskan ke departemen pengembangan wine,
mempertimbangkan keahliannya dalam wine. Shizuku bertanya apakah itu karena
nama ayahnya. Sang atasan tidak membantah. Shizuku berkata ia membenci wine.
Atasannya menjawab hal itu tidak masalah.
Shizuku
memperkenalkan diri kepada rekan kerja barunya. Seorang pegawai meremehkannya.
Apa bagusnya menjadi anak Kanzaki Yutaka, cibirnya.
Ponsel
Shizuku berbunyi. Ia dipanggil ke kediaman Kanzaki Yutaka dan mendapati bahwa
Kanzaki Yutaka, seorang kritikus wine paling tersohor di Jepang, baru saja
meninggal.
Pengacarabernama
Kiryu menjelaskan perihal wasiat kepada Shizuku. Shizuku tidak tertarik pada
warisan ayahnya. Sang pengacara berkata warisan untuk Shizuku belum diputuskan.
Shizuku bingung.
Koleksi
wine Kanzaki Yutaka bernilai mendekati 2 milyar yen. Kebanyakan merupakan jenis
yang dicari kolektor wine kelas dunia. Hanya satu dari dua bersaudara yang
berhak mewarisinya.
“Saudara?”
ulang Shizuku bingung.
Kiryu
lantas memperkenalkan Tomine Issei, seorang kritikus wine, sebagai anak dari
Kanzaki Yutaka selain Shizuku. Kanzaki Yutaka mengadopsinya seminggu sebelum ia
meninggal.
Kanzaki
Yutaka telah memilih 7 buah wine terbaik. Dan yang terakhir adalah yang paling
luar biasa, yaitu sebuah wine bayangan bernama Kami no Shizuku [Drops of God].
Seseorang yang dapat menebak 7 wine itu dengan tepat akan mewarisi 2 milyar
yen. Itulah wasiat Kanzaki Yutaka.
Shizuku menyimpulkan bahwa Issei menjadi anak adopsi untuk mendapat keberuntungan ayahnya. Issei menjawab yang ia inginkan hanyalah koleksi wine.
Seorang pelayan membawakan sebotol wine yang harus ditebak untuk mempertaruhkan warisan berupa rumah Kanzaki Yutaka.
Kanzaki Yutaka memanggil wine itu The Prologue to a Tearful Story. Itu adalah wine yang diminum Yutaka sebelum meninggal pagi tadi. Shizuku dan Issei harus menyebutkan nama wine itu beserta vintagenya. Yang dapat menebak diperbolehkan menempati rumah itu.
Issei
langsung menilai wine tersebut dengan memutar pergelangan tangannya.“Warna wine
itu merah tua seperti sebuah garnet, warna orange yang menyimbolkan wine tua
mulai muncul. “
Issei
meminumnya dan kembali melanjutkan. Aroma pertama yang muncul adalah ledakan
dari blackcurrent dan buah-buahan hitam lainnya. Setelah itu, ketika ia
memasuki kedalaman wine tersebut, ia dapat merasakan aroma dari peppercorn.
Wine itu menerima kebaikan hati dari surga dan kekuatan dari bumi. Dari 100
tahun sejarah Bordeaux, hanya satu wine yang diproduksi pembuat wine yang
dipromosikan dari kelas 2 ke kelas 1.
Issei
lantas memberikan secarik kertas yang berisi jawabannya.
Bagaimana
dengan Shizuku?
Itu hanya
wine, kata Shizuku dingin. Shizuku tidak peduli dengan warisan 2 milyar. Issei
bisa memilikinya. Lagipula bagaimana bisa seseorang yang tak pernah minum wine
seperti dirinya mengalahkan kritikus wine?
Issei
berkata, bagaimana jika Shizuku tidak harus menyebutkan nama wine dan
vintagenya. Shizuku hanya harus mendiskripsikan wine itu. Wine yang
pendiskripsiannya paling dekat dengan pendeskripsian Kanzaki Yutaka adalah
pemenangnya. Dengan cara itu, Shizuku yang dibesarkan oleh Yutaka punya
kesempatan menang. Kompetisinya satu minggu dari sekarang.
“Tolong jangan memutuskan sesuai keinginanmu sendiri.” Sahut Shizuku. “Aku tidak…”
“Minumlah! Atau itu tidak akan menjadi adil bagimu.” Potong Issei, “Ini hanya wine, bukankah begitu?”
Shizuku meraih gelas wine tersebut dan menghirupnya. Seberkas masa lalu kembali terbersit dalam ingatan Shizuku. Ia menjatuhkan gelasnya dan spontan meninggalkan tempat itu.
Sementara
itu Kiryu membacakan jawaban Issei. Chateau Mouton Rothschild tahun 1990. Dan
jawaban tersebut benar.
Shizuku
berdiri di sisi jenazah ayahnya. Ia bertanya, sebenarnya apa yang ayahnya ingin
Shizuku lakukan? Ia lantas pergi ke ruang kerja ayahnya dan menggumamkan sebuah
frasa, Kami no Shizuku.
Melihat
kesamaan nama Shizuku dan Yutaka, si calon sommelier muda, Shinohara Miyabi
memberanikan diri mendatangi Shizuku.
Shizuku
mengenali Miyabi. Miyabi senang dan kemudian bersemangat mengajak Shizuku
(dengan agak maksa) makan siang dengannya. Shizuku pun menarik pergi Miyabi
yang sudah hampir mewek.
Miyabi
meminta Shizuku mengajarinya teknik decantage. Ia bertanya apakah Shizuku putra
Kanzaki Yutaka. Shizuku tak menjawab.
Miyabi
tidak menyerah, ia menyeret Shizuku masuk ke restoran. Shizuku tersenyum geli
melihat Miyabi dan akhirnya pasrah mengikutinya.
Di dalam
restoran bernama Famille, si pemilik sedang membuang wine yang dimilikinya ke
wastafel. Miyabi berusaha menghentikannya, tetapi si pemilik berkata bahwa
lebih menyedihkan jika ia tetap menyimpan wine-wine itu.
Putri
pemilik restoran pulang. Ayahnya langsung menanyainya, mengapa gadis itu selalu
pulang pagi. Mereka pun melakukan pertengkaran ayah dan anak. Gadis itu
berseru, jika saja ayahnya yang mati dan bukan ibunya, dan ia pun berlalu.
Miyabi
berkata sepertinya ia pernah melihat putri pemilik restoran di suatu tempat. Di
tengah suasana tegang itu, perut Miyabi berbunyi. Shizuku pun mengajak Miyabi
mohon diri.
Pemilik restoran meminta mereka mencicipi masakannya. Miyabi langsung mengiyakan.
Miyabi dan
Shizuku memuji kelezatan masakan pemilik restoran. Pemilik restoran kemudian
bercerita tentang kejatuhan restoran yang telah dibangunnya selama 20 tahun.
Dulu ia adalah chef sementara mendiang istrinya adalah seorang sommelier.
Setelah istrinya meninggal, ia terus berusaha menjalankan restoran ini.
Beberapa
lalu ada seorang kritikus yang datang ke restorannya. Pemilik restoran
menawarinya wine berkualitas tinggi. Kritikus itu hanya meminumnya seteguk.
Setelah itu ia berhenti memakan makanannya dan pergi begitu saja. Sebulan
setelahnya, restoran itu dikritik tegas di sebuah majalah. Dari skala 1-5
bintang, restorannya tidak mendapat satu bintang pun.
Miyabi
melihat majalah yang memuat profil kritikus itu dan berkata bahwa dia adalah
kritikus yang sedang naik daun.
Shizuku merebut majalah tersebut dan membacanya, “Tomine Issei…”
Dalam perjalanan pulang, Miyabi sibuk memikirkan solusi untuk masalah restoran itu. Mungkin mereka harus menyajikan wine yang paling enak, usul Miyabi.
“Tapi itu
kan hanya wine?” sahut Shizuku sementara Miyabi terkejut. “Tidak ada aturan
yang mengatakan kau harus minum wine selagi makan. Itu hanyalah omong kosong
yang membuat kehidupan menjadi gila wine.” Lanjut Shizuku. Setelah itu Shizuku
segera pergi ke tempat kliennya, meninggalkan Miyabi.
Di kantor,
seorang wanita yang ditemui Shizuku di rumah ayahnya memperkenalkan dirinya
pada Shizuku. Wanita bernama Saionji Maki itu merupakan representatif Saion
Corporation. Ia berkata ayah Shizuku sudah berjasa padanya dan Issei. Wanita
itu lantas mohon diri. Rupanya wanita itu tadi datang untuk menawarkan Shizuku
supaya kembali ke departemen penjualan.Miyabi kembali mendatangi Shizuku. Ia tiba-tiba berseru, “Menurutku itu tidak betul.” Shizuku yang terkejut, bertanya perihal apa yang dilakukan Miyabi di sini.
Miyabi
berpendapat wine dapat membawa senyuman bagi orang-orang. Wine bukanlah
kesalahan dan mereka patut dikasihani.
“Hanya itu
yang mau kau katakan?” timpal Shizuku seraya terus berjalan.
“Tetapi
yang paling patut dikasihani adalah istri pemilik restoran Famille yang telah
meninggal.” Sahut Miyabi, sedangkan langkah Shizuku terhenti.
Miyabi
kembali berkata, “Suami dan anaknya bertengkar tanpa henti karena kematiannya.
Karena itulah aku akan membantu mereka. Bahkan jika kau tidak ingin membantu,
aku akan tetap melakukannya. Sekian.” Lalu gadis itu pergi.
Shizuku
menghela nafas panjang. “Tunggu!” serunya menghentikan Miyabi.“Bagaimana kau
akan membantu mereka?” tanya Shizuku kemudian.
Miyabi menjawab dengan penuh kesungguhan, “Aku baru akan mulai memikirkannya.”
Gubrak.
Shizuku menjatuhkan tasnya.
“Kau tahu,
jika kau ingin melakukannya, kau harus fokus kepada permasalahan.” Saran
Shizuku.
Miyabi terkejut sembari bertanya apakah itu artinya Shizuku mau membantu. Shizuku tidak membenarkan, tetapi Miyabi tidak menghiraukannya. Ia menepuk lengan Shizuku dengan keras sambil berseru, “Ayo buat Tomine Issei sampai tak bisa berkata-kata!”
Shizuku
hanya bisa nyengir.
Issei dan
Maki melakukan cheers atas kemenangan mereka yang bisa dipastikan. Issei
meminumkan winenya kepada Maki, setelah itu menggumamkan tekadnya, “Kami no
Shizuku adalah milikku.”
Pemilik toko wine, Fujieda, memperkenalkan diri kepada Shizuku. Kemudian Shizuku dan Miyabi mendiskusikan perihal wine Verget Chablis Premier Cru tahun 2002 yang disajikan restoran Famille kepada Tomine Issei.
Fujieda
mengatakan wine itu diproduksi oleh seorang pria yang dipanggil Penyihir
Chardonnay. Karena itu, bagaimana Issei bisa tidak memberi 1 bintang pun, keluh
Miyabi.
Shizuku
menggoyangkan gelasnya dan mencium aroma wine itu, tetapi ia menolak untuk
meminumnya.
Miyabi
menyayangkannya. Mereka sudah tiba sejauh ini, apa sebenarnya yang dipikirkan
Shizuku? Sebenarnya apa alasan Shizuku berada di sini?
Setelah
meminum beberapa gelas, tampaknya Miyabi mulai mabuk.
“Kau tahu… Shizu-kun…” panggilnya.
Shizuku
terkejut. “Shizu-kun?”
“Karena
sangat merepotkan untuk memanggilmu Shizuku-kun.”
“Kau
benar-benar membuat orang asing menjadi panas dengan cepat.”
Fujieda tersenyum
kecil melihat keduanya, sementara pengunjung toko lain masuk.
Miyabi
lantas berkata ia iri kepada Shizuku. Miyabi sudah menjadi fans ayahnya selama
ini. Ia berharap bisa bertemu Kanzaki Yutaka… ah, maaf! Miyabi jadi tidak enak
karena mengatakan hal sensitif seperti itu.
Shizuku
bahkan sampai memilih bekerja di perusahaan yang sama sekali tak ada kaitan
dengan ayahnya. Dan ia pikir orang-orang akan memperlakukannya secara normal…
Ups.
Curhat ini harus terpotong karena Miyabi tanpa dosa sudah jatuh tertidur. ^^;;
“Kau
sedikit pun tidak mendengarkan…” gumam Shizuku setengah kesal.
Pembicaraan
pun dilanjutkan oleh Fujieda. Fujieda bertanya apakah permasalahan hanya
terletak pada wine. Shizuku tersentak dan menanyakan maksud Fujieda.Seorang gadis cantik yang masuk ke toko selama pembicaraan tadi, bertanya kepada Fujieda, “Apakah orang itu yang bernama Kanzaki Shizuku?”
“Ya, lalu
kenapa?” sahut Fujieda.
Gadis itu
hanya tersenyum dan meminta Mouoton.
Esoknya,
Miyabi berdiskusi kembali dengan Shizuku tentang kasus restoran Famille. Mereka
menghubungkan wine dengan menu makanan yang disajikan.
Shizuku
mengajak Miyabi berpikir. Menu pertama adalah raw oyster. Shizuku mengatakan
menu itu baunya seperti gelombang dan cangkang putih yang kental. Di sisi lain,
wine putih Chablis terdiri dari bau berbagai macam buah dan bunga. Juga ada bau
nanas matang dan sedikit bau asap pohon dan shrubs…
Miyabi
membelalakkan mata. Shizuku tak mencicipi sedikitpun, tetapi bisa menjelaskan
sedetail itu hanya dengan mencium aromanya?
“Ya, aku
selalu sensitif terhadap bau.” Sahut Shizuku.
“Ah, yah…
dan aku selalu lambat.” timpal Miyabi dan ia lantas mengajak Shizuku membeli
wine.
Bapak tua itu lantas menggali tempat penimbunan winenya untuk mengganti wine Miyabi yang pecah. Ia memberikan 2 botol wine. Miyabi tampak senang mendapat wine yang salah satunya adalah Raveneau yang harganya mencapai 20-30 ribu yen. Sementara itu Shizuku sibuk membaui kedua wine.
Bapak tua
lantas menyajikan abalone untuk keduanya. Setelah mencium bau abalone, Shizuku
kemudian mengerti.
Dulu
ayahnya pernah membawanya ke restoran. Menu utama waktu itu ikan saus anggur.
Tanpa bertanya, ayah Shizuku memesan jus anggur untuknya. Setelah makanan
berikutnya dihidangkan, Shizuku tidak boleh lagi meminum jus anggurnya. Sebagai
gantinya, ia diberi air.
Jadi,
untuk mendukung rasa makanan, mereka harus menyajikan pula minuman yang
mendukung rasanya.
“Mariage?”
“Itu
adalah Bahasa Perancis untuk pernikahan, merujuk kepada pemasangan makanan dan
wine. Mengeluarkan kepribadian dan rasa keduanya dan menaikkan masing-masing ke
level berikutnya.”
“Jadi itu
berarti raw oyster tidak cocok dengan wine?”
Miyabi
tidak mengerti. “Ini aneh. Memasangkan raw oyster dengan Chablis sudah menjadi
hal yang umum di dunia wine.”
“Monsieur,
kau belum meminum wine-mu,” potong bapak tua yang sedari tadi tersenyum penuh
arti terhadap pembicaraan mereka.
Shizuku
menjawab ia tak minum wine, karena ia telah memutuskan pada ulang tahun
ke-20nya untuk tidak akan pernah meminum wine.
Miyabi
masih membujuk Shizuku demi menolong restoran Famille.
Bapak tua tadi menimpali, Shizuku tidak harus memiliki opini maupun pengetahuan. Cicipi saja dengan sepenuh hati. Dengan cara ini, Bacchus akan merespon Shizuku. Sebelum menolak, Shizuku harus menghadapinya.
[Bacchus=
dewa wine Roma]
Akhirnya Shizuku bersedia. Ia mencoba gelas pertama dan berikutnya.Bacchus dalam diri Shizuku bangkit. Setelah itu, Shizuku menyanyi lagu Perancis dengan penuh semangat.
Wine
kedua. Issei meminum winenya dan langsung bisa menebak itu adalah Chateau de
Saint-Cosme. Ia mengerti, aroma nutmeg dalam Chateau de Saint-Cosme mendukung
aroma mousse-nya. Satu penilaian bagus.
Tinggal
hidangan terakhir.
Oh! Kecelakaan
besar terjadi. Saat putri pemilik restoran hendak membawa wine untuk hidangan
terakhir, ia terpeleset dan menumpahkan semuanya. Padahal untuk mengeluarkan
cita rasa Chateau de Saint-Cosme, wine itu harus dibuka sejam sebelumnya dan
dipindahkan ke dalam decanter.Shizuku langsung melakukan tindakan penyelamatan dengan men-decantage wine yang baru dibuka.
Miyabi
menatap lekat pemandangan yang mengagumkan itu. Tetes-tetes wine mengucur ke
mulut decanter bagaikan sehelai pita merah yang panjang dan tipis.
Sebelum pergi, Issei memberikan pujiannya. Hidangan tadi sangat lezat. Hanya saja, Issei menyarankan restoran Famille untuk melakukannya dengan kemampuan sendiri.
Ternyata
Issei tahu bahwa wine kedua dan ketiga berbeda, meskipun sama-sama Chateau de
Saint-Cosme. Wine kedua dibuka sejam sebelumnya, sedangkan wine ketiga
merupakan hasil decantage. Ia tahu sommelier restoran itu belum memiliki
kemampuan decantage.
Mereka
semua pun terdiam.
Lalu Shizuku keluar, membuat Issei terkejut.
Shizuku
bertanya, apakah kritikus benar-benar sebagus itu. Shizuku membenci kritikus
dan itu tidak ada hubungannya dengan ayahnya.
“Haha, dengar. Ini adalah untuk kepentingan orang-orang
di dunia ini. Orang-orang membutuhkan level kriteria tertentu. Tidak hanya
untuk diri mereka, tetapi juga untuk mengukur yang lain berdasarkan kriteria
ini. Yang Kanzaki-sensei dan aku lakukan adalah menyediakan kriteria ini.”
“Aku tidak tahu apapun tentang kriteria atau yang lain, tetapi tidakkah kau hanya harus mengatakannya langsung kepada mereka?”
“Apakah
menjadi sukses dengan bantuan orang lain itu berarti?”
“Wine yang
kau sukai itu dibuat oleh banyak orang, bukan?”
“Aku tidak
membicarakan tentang wine dengan orang melarikan diri darinya. Aku akan
menunggumu 3 hari mendatang.”
Shizuku
menceritakan semuanya kepada Miyabi. Miyabi tampak tak habis pikir dengan
Shizuku yang tidak menginginkan warisan 2 milyar yen dari ayahnya.
Pemilik
restoran berterima kasih kepada mereka berdua. Ia bertekad memulai lagi dari
awal bersama putrinya. Lalu, ia memberikan sebotol DRC Richebourg untuk Shizuku
dan Miyabi.
Mereka
melakukan cheers.
Shizuku terkejut dengan rasa DRC Richebourg. Padang bunga. Ia teringat percakapan terakhirnya dengan Kanzaki Yutaka di makam ibunya. Ia lantas bergegas pergi ke tempat itu.Di atas tanah masih ada pecahan botol DRC Richebourg yang dibawa ayahnya. Seratus bunga. Ternyata ayahnya membawakan bunga untuk ibunya.
Shizuku
akhirnya tiba.
“Apa yang kau lakukan di sini?”
“Apa maksudmu apa yang kau lakukan? Aku menunggumu!
Hampir saja aku memecahkan botol ini.”
“Tidak. Kau tidak bisa melakukannya.”
Miyabi mengangguk patuh.
Pertarungan di mulai. Shizuku dan Issei harus mendeskripsikan wine Chateau Mouton Rothschild tahun 1990. Siapa di antara mereka yang deskripsinya paling mirip dengan milik Yutaka akan menjadi pemenangnya.
Pertama giliran Issei.
Ia menggambarkan wine itu sebagai karya seni. Masterpiece dari Jean-Francois Millet, yaitu lukisan yang berjudul The Angelus.
Mendengarkan gaung bel gereja di bawah langit senja, merasakan kehadiran Tuhan. Lukisan ini menggambarkan pasangan petani yang menundukkan kepala, berterima kasih atas berkat dari bumi.
Issei merasa ia berada di hadapan lukisan terkenal itu dan inilah jawaban Issei.
Kali ini giliran Shizuku. Shizuku mengenali aroma anggur yang berasal dari tahun 1990 itu.
Bagi
Shizuku, wine itu berarti perpisahan abadi.
Tahun 1990 di perkebunan anggur, Shizuku memetik anggur dan mencicipinya sebutir. Ia berlari untuk memberikan anggur yang terasa lezat itu pada ibunya. Akan tetapi, saat hendak meraih anggur pemberian Shizuku, ibunya meninggal. Dan itulah terakhir kali Shizuku berada di sisinya.
Awalnya Shizuku sudah lupa, tetapi ia teringat kembali saat meminum wine ini. Wine itu merupakan segel yang mengunci memorinya. Perpisahan abadi, itulah jawaban Shizuku.
Robert pun mengumumkan jawaban. Satu tahun yang lalu, ia dan Kanzaki Yutaka melihat lukisan The Angelus. Saat itu, Yutaka berkata ia seperti sedang meminum Chateau Mouton Rothschild. Persis seperti pasangan yang digambarkan dalam The Angelus, dia pasti merasa berterima kasih kepada bumi.
Jadi,
kompetisi kali ini dimenangkan Issei.
Shizuku tidak keberatan. Ia hanya ingin tahu memori apa yang tersimpan dalam aroma wine ini. Ia sudah lama tidak menempati rumah itu dan tidak tertarik pula dengan 2 milyar. Shizuku hanya ingin tahu apa yang ayahnya pikirkan. Oleh karena itu, ia akan melanjutkan pertarungan ini.
Ya.
Itu
berarti Shizuku mengingat tahun kematian ibunya, 1990. Shizukku mengingat
sesuatu yang berasal dari ketika ia berumur 5 tahun hanya dengan aroma wine.
Itu membatnya ingat rasa anggur yang ditanam di tahun yang sama.
Robert
tersenyum. Padahal Shizuku hanyalah pemula yang baru saja mulai minum wine.
Pengacara
Kiryu menimpali. Ini sepertinya akan menjadi menarik.
“Akhirnya
ini dimulai, Yutaka. Inilah saat kedua benih itu tumbuh.” Kata Robert.
Di toko Fujieda, Miyabi kesal dengan Shizuku yang sama sekali tidak mendengarkan perkataannya. Shizuku minta maaf karena ia sedang memikirkan sesuatu. Shizuku meminum Mouton 1990 lagi dan memuji kelezatannya.
Miyabi minta diberi yang lain. Fujieda memberikan mereka Chateau Mouton Rotchschild tahun 1985.
Shizuku menghirup aroma wine itu dan tersentak. Ia teringat sesuatu. Sebuah buku tua.
“Ada apa?” tanya Miyabi.
“Maaf…” kata Shizuku, “Aku tidak bisa meminum wine ini.”
-----
TBC
-----
Note: Chapter
yang bikin capek saking panjangnya dan penuh istilah dan penjelasan. ==;;
PS: Buat
teman-teman yang berkeyakinan tidak minum alkohol—termasuk saya, walaupun
penggambaran wine di sini asli bikin ngiler, tapi jadikan drama ini sekedar
hiburan ya. Kalau masih penasaran dengan rasa wine, mending minum jus anggur saja
deh, haha ^^b
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan sungkan meninggalkan jejak :D