11 Jun 2012

Kami no Shizuku Episode 01

Episodes: 9
Viewership rating: 6.1 (Kanto)
Broadcast period: 2009-Jan-13 to 2009-Mar-10
Original writing (manga): Kami no Shizuku by Agi Tadashi
Screenwriter: Watanabe Yusuke (渡辺雄介)
Producers: Kuwabara Joya (桑原丈弥), Akimoto Takayuki (秋元孝之)
Directors: Nakajima Satoru (中島悟), Ishio Jun (石尾純)

Casts:
Kamenashi Kazuya as Kanzaki Shizuku
Tanabe Seiichi as Tomine Issei
Naka Riisa as Shinohara Miyabi
Takenaka Naoto as Doi Robert
Furuya Ikko as Kanzaki Yutaka
Toda Naho as Kiryu Ryoko

Receptions:
12th Nikkan Sports Drama Grand Prix: Best Drama
12th Nikkan Sports Drama Grand Prix: Best Actor - Kamenashi Kazuya
12th Nikkan Sports Drama Grand Prix: Best Supporting Actor - Tanabe Seiichi
12th Nikkan Sports Drama Grand Prix: Best Supporting Actress - Naka Riisa

-----
神の雫 (The Drops of God)
-----
Seorang pemuda mengunjungi sebuah makam. Di sana sudah ada seorang pria yang juga mengunjungi makam itu. Si pemuda bertanya, apa yang pria itu lakukan di sana. 

“Aku datang untuk berbincang dengan ibumu,” sahut pria itu. Di atas makam ada sebotol DRC Richebourg. Pemuda itu tampak kesal sementara si pria yang merupakan ayahnya sedang akan beranjak pergi.


“Tunggu,” panggil pemuda itu. “Apakah wine saja yang bisa kau berikan pada ibu di hari peringatan kematiannya?” Sang pemuda meminta ayahnya untuk membawakan bunga lain kali. Si pria hanya berlalu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Pemuda itu dengan marah lantas memecahkan botol wine yang dibawa ayahnya. Aroma harum menguar dari botol yang dipecahkannya, menusuk penciuman tajam pemuda itu.

Di sebuah restauran, seorang calon sommelier mengambil sebotol DRC Richebourg untuk dituangkannya ke gelas tamu yaitu direktur perusahaan beer. Direktur tersebut komplain karena winenya pahit. Setelah mencobanya sendiri, calon sommelier itu terkejut.

[sommelier= pelayan khusus wine]


Kanzaki Shizuku mengambil alih kekacauan kecil itu dengan meminjam gelas decanter.

[decanter= gelas untuk melakukan decantage.]

Ia lantas melakukan decantage dengan teknik yang membuat semua orang terpukau. Setelah itu, rasa wine berubah lezat.


[decantage= memasukkan udara ke wine dengan memindahnya ke decanter sehingga wine akan terasa lebih lembut dan harum]

Sang direktur meminta Shizuku mencobanya, tetapi Shizuku menolak dengan dalih dia adalah pegawai perusahaan beer.

Sementara itu, diam-diam sang calon sommelier mencicipi wine yang telah di-decantage tadi. Dan ia kemudian terkejut dengan kelezatan wine itu yang membuatnya merasa seperti berada di padang bunga.


Di perusahaan beer, Shizuku dipindahtugaskan ke departemen pengembangan wine, mempertimbangkan keahliannya dalam wine. Shizuku bertanya apakah itu karena nama ayahnya. Sang atasan tidak membantah. Shizuku berkata ia membenci wine. Atasannya menjawab hal itu tidak masalah.


Shizuku memperkenalkan diri kepada rekan kerja barunya. Seorang pegawai meremehkannya. Apa bagusnya menjadi anak Kanzaki Yutaka, cibirnya.



Ponsel Shizuku berbunyi. Ia dipanggil ke kediaman Kanzaki Yutaka dan mendapati bahwa Kanzaki Yutaka, seorang kritikus wine paling tersohor di Jepang, baru saja meninggal.


Pengacarabernama Kiryu menjelaskan perihal wasiat kepada Shizuku. Shizuku tidak tertarik pada warisan ayahnya. Sang pengacara berkata warisan untuk Shizuku belum diputuskan. Shizuku bingung.

Koleksi wine Kanzaki Yutaka bernilai mendekati 2 milyar yen. Kebanyakan merupakan jenis yang dicari kolektor wine kelas dunia. Hanya satu dari dua bersaudara yang berhak mewarisinya.

“Saudara?” ulang Shizuku bingung.


Kiryu lantas memperkenalkan Tomine Issei, seorang kritikus wine, sebagai anak dari Kanzaki Yutaka selain Shizuku. Kanzaki Yutaka mengadopsinya seminggu sebelum ia meninggal.


Kanzaki Yutaka telah memilih 7 buah wine terbaik. Dan yang terakhir adalah yang paling luar biasa, yaitu sebuah wine bayangan bernama Kami no Shizuku [Drops of God]. Seseorang yang dapat menebak 7 wine itu dengan tepat akan mewarisi 2 milyar yen. Itulah wasiat Kanzaki Yutaka.

Shizuku menyimpulkan bahwa Issei menjadi anak adopsi untuk mendapat keberuntungan ayahnya. Issei menjawab yang ia inginkan hanyalah koleksi wine.

Seorang pelayan membawakan sebotol wine yang harus ditebak untuk mempertaruhkan warisan berupa rumah Kanzaki Yutaka.

Kanzaki Yutaka memanggil wine itu The Prologue to a Tearful Story. Itu adalah wine yang diminum Yutaka sebelum meninggal pagi tadi. Shizuku dan Issei harus menyebutkan nama wine itu beserta vintagenya. Yang dapat menebak diperbolehkan menempati rumah itu.



Issei langsung menilai wine tersebut dengan memutar pergelangan tangannya.“Warna wine itu merah tua seperti sebuah garnet, warna orange yang menyimbolkan wine tua mulai muncul. “

Issei meminumnya dan kembali melanjutkan. Aroma pertama yang muncul adalah ledakan dari blackcurrent dan buah-buahan hitam lainnya. Setelah itu, ketika ia memasuki kedalaman wine tersebut, ia dapat merasakan aroma dari peppercorn. Wine itu menerima kebaikan hati dari surga dan kekuatan dari bumi. Dari 100 tahun sejarah Bordeaux, hanya satu wine yang diproduksi pembuat wine yang dipromosikan dari kelas 2 ke kelas 1.

Issei lantas memberikan secarik kertas yang berisi jawabannya.



Bagaimana dengan Shizuku?

Itu hanya wine, kata Shizuku dingin. Shizuku tidak peduli dengan warisan 2 milyar. Issei bisa memilikinya. Lagipula bagaimana bisa seseorang yang tak pernah minum wine seperti dirinya mengalahkan kritikus wine?


Issei berkata, bagaimana jika Shizuku tidak harus menyebutkan nama wine dan vintagenya. Shizuku hanya harus mendiskripsikan wine itu. Wine yang pendiskripsiannya paling dekat dengan pendeskripsian Kanzaki Yutaka adalah pemenangnya. Dengan cara itu, Shizuku yang dibesarkan oleh Yutaka punya kesempatan menang. Kompetisinya satu minggu dari sekarang.

“Tolong jangan memutuskan sesuai keinginanmu sendiri.” Sahut Shizuku. “Aku tidak…”

“Minumlah! Atau itu tidak akan menjadi adil bagimu.” Potong Issei, “Ini hanya wine, bukankah begitu?”

Shizuku meraih gelas wine tersebut dan menghirupnya. Seberkas masa lalu kembali terbersit dalam ingatan Shizuku. Ia menjatuhkan gelasnya dan spontan meninggalkan tempat itu.



Sementara itu Kiryu membacakan jawaban Issei. Chateau Mouton Rothschild tahun 1990. Dan jawaban tersebut benar.


Shizuku berdiri di sisi jenazah ayahnya. Ia bertanya, sebenarnya apa yang ayahnya ingin Shizuku lakukan? Ia lantas pergi ke ruang kerja ayahnya dan menggumamkan sebuah frasa, Kami no Shizuku.


Melihat kesamaan nama Shizuku dan Yutaka, si calon sommelier muda, Shinohara Miyabi memberanikan diri mendatangi Shizuku. 



Shizuku mengenali Miyabi. Miyabi senang dan kemudian bersemangat mengajak Shizuku (dengan agak maksa) makan siang dengannya. Shizuku pun menarik pergi Miyabi yang sudah hampir mewek.


Miyabi meminta Shizuku mengajarinya teknik decantage. Ia bertanya apakah Shizuku putra Kanzaki Yutaka. Shizuku tak menjawab. 


Miyabi tidak menyerah, ia menyeret Shizuku masuk ke restoran. Shizuku tersenyum geli melihat Miyabi dan akhirnya pasrah mengikutinya.


Di dalam restoran bernama Famille, si pemilik sedang membuang wine yang dimilikinya ke wastafel. Miyabi berusaha menghentikannya, tetapi si pemilik berkata bahwa lebih menyedihkan jika ia tetap menyimpan wine-wine itu.


Putri pemilik restoran pulang. Ayahnya langsung menanyainya, mengapa gadis itu selalu pulang pagi. Mereka pun melakukan pertengkaran ayah dan anak. Gadis itu berseru, jika saja ayahnya yang mati dan bukan ibunya, dan ia pun berlalu.


Miyabi berkata sepertinya ia pernah melihat putri pemilik restoran di suatu tempat. Di tengah suasana tegang itu, perut Miyabi berbunyi. Shizuku pun mengajak Miyabi mohon diri. 


Pemilik restoran meminta mereka mencicipi masakannya. Miyabi langsung mengiyakan.


Miyabi dan Shizuku memuji kelezatan masakan pemilik restoran. Pemilik restoran kemudian bercerita tentang kejatuhan restoran yang telah dibangunnya selama 20 tahun. Dulu ia adalah chef sementara mendiang istrinya adalah seorang sommelier. Setelah istrinya meninggal, ia terus berusaha menjalankan restoran ini. 


Beberapa lalu ada seorang kritikus yang datang ke restorannya. Pemilik restoran menawarinya wine berkualitas tinggi. Kritikus itu hanya meminumnya seteguk. Setelah itu ia berhenti memakan makanannya dan pergi begitu saja. Sebulan setelahnya, restoran itu dikritik tegas di sebuah majalah. Dari skala 1-5 bintang, restorannya tidak mendapat satu bintang pun.

Miyabi melihat majalah yang memuat profil kritikus itu dan berkata bahwa dia adalah kritikus yang sedang naik daun.

 Shizuku merebut majalah tersebut dan membacanya, “Tomine Issei…”

Dalam perjalanan pulang, Miyabi sibuk memikirkan solusi untuk masalah restoran itu. Mungkin mereka harus menyajikan wine yang paling enak, usul Miyabi.


“Tapi itu kan hanya wine?” sahut Shizuku sementara Miyabi terkejut. “Tidak ada aturan yang mengatakan kau harus minum wine selagi makan. Itu hanyalah omong kosong yang membuat kehidupan menjadi gila wine.” Lanjut Shizuku. Setelah itu Shizuku segera pergi ke tempat kliennya, meninggalkan Miyabi.
Di kantor, seorang wanita yang ditemui Shizuku di rumah ayahnya memperkenalkan dirinya pada Shizuku. Wanita bernama Saionji Maki itu merupakan representatif Saion Corporation. Ia berkata ayah Shizuku sudah berjasa padanya dan Issei. Wanita itu lantas mohon diri. Rupanya wanita itu tadi datang untuk menawarkan Shizuku supaya kembali ke departemen penjualan.

 Miyabi kembali mendatangi Shizuku. Ia tiba-tiba berseru, “Menurutku itu tidak betul.” Shizuku yang terkejut, bertanya perihal apa yang dilakukan Miyabi di sini.


Miyabi berpendapat wine dapat membawa senyuman bagi orang-orang. Wine bukanlah kesalahan dan mereka patut dikasihani.
 “Hanya itu yang mau kau katakan?” timpal Shizuku seraya terus berjalan.


“Tetapi yang paling patut dikasihani adalah istri pemilik restoran Famille yang telah meninggal.” Sahut Miyabi, sedangkan langkah Shizuku terhenti. 

Miyabi kembali berkata, “Suami dan anaknya bertengkar tanpa henti karena kematiannya. Karena itulah aku akan membantu mereka. Bahkan jika kau tidak ingin membantu, aku akan tetap melakukannya. Sekian.” Lalu gadis itu pergi.

Shizuku menghela nafas panjang. “Tunggu!” serunya menghentikan Miyabi.“Bagaimana kau akan membantu mereka?” tanya Shizuku kemudian.


 Miyabi menjawab dengan penuh kesungguhan, “Aku baru akan mulai memikirkannya.”


Gubrak. Shizuku menjatuhkan tasnya.

“Kau tahu, jika kau ingin melakukannya, kau harus fokus kepada permasalahan.” Saran Shizuku.

 Miyabi terkejut sembari bertanya apakah itu artinya Shizuku mau membantu. Shizuku tidak membenarkan, tetapi Miyabi tidak menghiraukannya. Ia menepuk lengan Shizuku dengan keras sambil berseru, “Ayo buat Tomine Issei sampai tak bisa berkata-kata!”


Shizuku hanya bisa nyengir.
Issei dan Maki melakukan cheers atas kemenangan mereka yang bisa dipastikan. Issei meminumkan winenya kepada Maki, setelah itu menggumamkan tekadnya, “Kami no Shizuku adalah milikku.”

 Pemilik toko wine, Fujieda, memperkenalkan diri kepada Shizuku. Kemudian Shizuku dan Miyabi mendiskusikan perihal wine Verget Chablis Premier Cru tahun 2002 yang disajikan restoran Famille kepada Tomine Issei.


Fujieda mengatakan wine itu diproduksi oleh seorang pria yang dipanggil Penyihir Chardonnay. Karena itu, bagaimana Issei bisa tidak memberi 1 bintang pun, keluh Miyabi.

Shizuku menggoyangkan gelasnya dan mencium aroma wine itu, tetapi ia menolak untuk meminumnya. 

Miyabi menyayangkannya. Mereka sudah tiba sejauh ini, apa sebenarnya yang dipikirkan Shizuku? Sebenarnya apa alasan Shizuku berada di sini?

Setelah meminum beberapa gelas, tampaknya Miyabi mulai mabuk. 

 “Kau tahu… Shizu-kun…” panggilnya.


Shizuku terkejut. “Shizu-kun?”

“Karena sangat merepotkan untuk memanggilmu Shizuku-kun.”

“Kau benar-benar membuat orang asing menjadi panas dengan cepat.”

Fujieda tersenyum kecil melihat keduanya, sementara pengunjung toko lain masuk.
 Miyabi lantas berkata ia iri kepada Shizuku. Miyabi sudah menjadi fans ayahnya selama ini. Ia berharap bisa bertemu Kanzaki Yutaka… ah, maaf! Miyabi jadi tidak enak karena mengatakan hal sensitif seperti itu.
 Shizuku tidak mempermasalahkannya, sebab ia tidak sedekat itu dengan ayahnya. Karena itu ia membenci nama Kanzaki. Kemanapun ia pergi, semua orang akan berpikir tentang ayahnya.


Shizuku bahkan sampai memilih bekerja di perusahaan yang sama sekali tak ada kaitan dengan ayahnya. Dan ia pikir orang-orang akan memperlakukannya secara normal…
 Ups. Curhat ini harus terpotong karena Miyabi tanpa dosa sudah jatuh tertidur. ^^;;


“Kau sedikit pun tidak mendengarkan…” gumam Shizuku setengah kesal.
 Pembicaraan pun dilanjutkan oleh Fujieda. Fujieda bertanya apakah permasalahan hanya terletak pada wine. Shizuku tersentak dan menanyakan maksud Fujieda.
 Tepat pada saat itu, sang ahli perusak suasana alias Miyabi, terbangun. Ia pun tergopoh-gopoh pergi sembari berceloteh, “Ini waktunya pulang, membersihkan make-up, mandi, facial dan yoga. Aku harus membersihkan make-up sebelum tidur.” Ocehnya dan ia pun meninggalkan tempat itu.
 Sementara itu Shizuku bergumam, “dia mengatakan membersihkan make-up dua kali?” lalu segera menyusul Miyabi.

 Seorang gadis cantik yang masuk ke toko selama pembicaraan tadi, bertanya kepada Fujieda, “Apakah orang itu yang bernama Kanzaki Shizuku?”


“Ya, lalu kenapa?” sahut Fujieda.

Gadis itu hanya tersenyum dan meminta Mouoton.
 Esoknya, Miyabi berdiskusi kembali dengan Shizuku tentang kasus restoran Famille. Mereka menghubungkan wine dengan menu makanan yang disajikan.

Shizuku mengajak Miyabi berpikir. Menu pertama adalah raw oyster. Shizuku mengatakan menu itu baunya seperti gelombang dan cangkang putih yang kental. Di sisi lain, wine putih Chablis terdiri dari bau berbagai macam buah dan bunga. Juga ada bau nanas matang dan sedikit bau asap pohon dan shrubs… 
Miyabi membelalakkan mata. Shizuku tak mencicipi sedikitpun, tetapi bisa menjelaskan sedetail itu hanya dengan mencium aromanya?



“Ya, aku selalu sensitif terhadap bau.” Sahut Shizuku.

“Ah, yah… dan aku selalu lambat.” timpal Miyabi dan ia lantas mengajak Shizuku membeli wine.

 Miyabi benar-benar akhirnya membeli wine seharga 5 kali makan siangnya. Di jalan, ia bertubrukan dengan seorang bapak tua hingga botolnya jatuh dan pecah.
 Dengan Bahasa Perancis bapak tua itu meminta maaf. Shizuku menjawab, tidak masalah, dalam bahasa yang sama.

 Bapak tua itu lantas menggali tempat penimbunan winenya untuk mengganti wine Miyabi yang pecah. Ia memberikan 2 botol wine. Miyabi tampak senang mendapat wine yang salah satunya adalah Raveneau yang harganya mencapai 20-30 ribu yen. Sementara itu Shizuku sibuk membaui kedua wine.


Bapak tua lantas menyajikan abalone untuk keduanya. Setelah mencium bau abalone, Shizuku kemudian mengerti.

Dulu ayahnya pernah membawanya ke restoran. Menu utama waktu itu ikan saus anggur. Tanpa bertanya, ayah Shizuku memesan jus anggur untuknya. Setelah makanan berikutnya dihidangkan, Shizuku tidak boleh lagi meminum jus anggurnya. Sebagai gantinya, ia diberi air.

Jadi, untuk mendukung rasa makanan, mereka harus menyajikan pula minuman yang mendukung rasanya. 

 “Kau berkata soal Mariage?” sahut Miyabi.


“Mariage?”

“Itu adalah Bahasa Perancis untuk pernikahan, merujuk kepada pemasangan makanan dan wine. Mengeluarkan kepribadian dan rasa keduanya dan menaikkan masing-masing ke level berikutnya.”

“Jadi itu berarti raw oyster tidak cocok dengan wine?”

Miyabi tidak mengerti. “Ini aneh. Memasangkan raw oyster dengan Chablis sudah menjadi hal yang umum di dunia wine.”

“Monsieur, kau belum meminum wine-mu,” potong bapak tua yang sedari tadi tersenyum penuh arti terhadap pembicaraan mereka.

Shizuku menjawab ia tak minum wine, karena ia telah memutuskan pada ulang tahun ke-20nya untuk tidak akan pernah meminum wine.

Miyabi masih membujuk Shizuku demi menolong restoran Famille. 


Bapak tua tadi menimpali, Shizuku tidak harus memiliki opini maupun pengetahuan. Cicipi saja dengan sepenuh hati. Dengan cara ini, Bacchus akan merespon Shizuku. Sebelum menolak, Shizuku harus menghadapinya.


[Bacchus= dewa wine Roma]
 Akhirnya Shizuku bersedia. Ia mencoba gelas pertama dan berikutnya.
 Bacchus dalam diri Shizuku bangkit. Setelah itu, Shizuku menyanyi lagu Perancis dengan penuh semangat.
 Akhirnya hari yang mendebarkan bagi restoran Famille tiba. Persiapan sempurna. Bahkan putri pemilik restoran membantu ayahnya dengan bertindak sebagai sommelier.
 Tomine Issei datang, sementara Miyabi dan Shizuku mengintip dari dapur. Wine pertama adalah Chablis murah yang sesuai dengan raw oyster. Sejauh ini tidak ada masalah.


Wine kedua. Issei meminum winenya dan langsung bisa menebak itu adalah Chateau de Saint-Cosme. Ia mengerti, aroma nutmeg dalam Chateau de Saint-Cosme mendukung aroma mousse-nya. Satu penilaian bagus.

Tinggal hidangan terakhir.
 Oh! Kecelakaan besar terjadi. Saat putri pemilik restoran hendak membawa wine untuk hidangan terakhir, ia terpeleset dan menumpahkan semuanya. Padahal untuk mengeluarkan cita rasa Chateau de Saint-Cosme, wine itu harus dibuka sejam sebelumnya dan dipindahkan ke dalam decanter.

 Shizuku langsung melakukan tindakan penyelamatan dengan men-decantage wine yang baru dibuka.

Miyabi menatap lekat pemandangan yang mengagumkan itu. Tetes-tetes wine mengucur ke mulut decanter bagaikan sehelai pita merah yang panjang dan tipis.

 Sebelum pergi, Issei memberikan pujiannya. Hidangan tadi sangat lezat. Hanya saja, Issei menyarankan restoran Famille untuk melakukannya dengan kemampuan sendiri.



Ternyata Issei tahu bahwa wine kedua dan ketiga berbeda, meskipun sama-sama Chateau de Saint-Cosme. Wine kedua dibuka sejam sebelumnya, sedangkan wine ketiga merupakan hasil decantage. Ia tahu sommelier restoran itu belum memiliki kemampuan decantage.

Mereka semua pun terdiam.


Lalu Shizuku keluar, membuat Issei terkejut.


Shizuku bertanya, apakah kritikus benar-benar sebagus itu. Shizuku membenci kritikus dan itu tidak ada hubungannya dengan ayahnya.

 “Haha, dengar. Ini adalah untuk kepentingan orang-orang di dunia ini. Orang-orang membutuhkan level kriteria tertentu. Tidak hanya untuk diri mereka, tetapi juga untuk mengukur yang lain berdasarkan kriteria ini. Yang Kanzaki-sensei dan aku lakukan adalah menyediakan kriteria ini.”

 “Aku tidak tahu apapun tentang kriteria atau yang lain, tetapi tidakkah kau hanya harus mengatakannya langsung kepada mereka?”


“Apakah menjadi sukses dengan bantuan orang lain itu berarti?”

“Wine yang kau sukai itu dibuat oleh banyak orang, bukan?”
 “Aku tidak membicarakan tentang wine dengan orang melarikan diri darinya. Aku akan menunggumu 3 hari mendatang.”
 Miyabi terkejut. Ia bertanya hubungan Issei dan Shizuku.


Shizuku menceritakan semuanya kepada Miyabi. Miyabi tampak tak habis pikir dengan Shizuku yang tidak menginginkan warisan 2 milyar yen dari ayahnya.

Pemilik restoran berterima kasih kepada mereka berdua. Ia bertekad memulai lagi dari awal bersama putrinya. Lalu, ia memberikan sebotol DRC Richebourg untuk Shizuku dan Miyabi.

Mereka melakukan cheers. 
  Shizuku terkejut dengan rasa DRC Richebourg. Padang bunga. Ia teringat percakapan terakhirnya dengan Kanzaki Yutaka di makam ibunya. Ia lantas bergegas pergi ke tempat itu.
 Di atas tanah masih ada pecahan botol DRC Richebourg yang dibawa ayahnya. Seratus bunga. Ternyata ayahnya membawakan bunga untuk ibunya.
 “Lalu mengapa kau tidak mengatakan apapun saat itu?” Shizuku beralih ke makam ayahnya. “Kau selalu diam ketika hal penting terjadi. Apa itu pertarungan untuk warisan? Kau pikir aku akan bertarung demi kau?!” ia membanting pecahan botol yang digenggamnya dan menangis.
  Hari pertarungan. Miyabi datang ke kediaman Kanzaki untuk menghentikan penentuan pemenang sebelum Shizuku tiba. Ia mengambil wine pertarungan dan mengancam untuk memecahkannya.

Shizuku akhirnya tiba.


 “Apa yang kau lakukan di sini?”
“Apa maksudmu apa yang kau lakukan? Aku menunggumu! Hampir saja aku memecahkan botol ini.”
“Tidak. Kau tidak bisa melakukannya.”
Miyabi mengangguk patuh.

 Masih ingat bapak mesum yang di Nodame Cantabile, oh salah, maksudnya bapak tua yang memberi Shizuku wine? Ternyata dia adalah Doi Robert, sahabat Kanzaki Yutaka yang juga seorang ahli wine. Dia di sini ditunjuk Yutaka sebagai juri pertarungan antara Shizuku dan Issei.
Pertarungan di mulai. Shizuku dan Issei harus mendeskripsikan wine Chateau Mouton Rothschild tahun 1990. Siapa di antara mereka yang deskripsinya paling mirip dengan milik Yutaka akan menjadi pemenangnya.


Pertama giliran Issei. 

 Ia menggambarkan wine itu sebagai karya seni. Masterpiece dari Jean-Francois Millet, yaitu lukisan yang berjudul The Angelus.


Mendengarkan gaung bel gereja di bawah langit senja, merasakan kehadiran Tuhan. Lukisan ini menggambarkan pasangan petani yang menundukkan kepala, berterima kasih atas berkat dari bumi.

Issei merasa ia berada di hadapan lukisan terkenal itu dan inilah jawaban Issei.

Kali ini giliran Shizuku. Shizuku mengenali aroma anggur yang berasal dari tahun 1990 itu.


Bagi Shizuku, wine itu berarti perpisahan abadi.
Tahun 1990 di perkebunan anggur, Shizuku memetik anggur dan mencicipinya sebutir. Ia berlari untuk memberikan anggur yang terasa lezat itu pada ibunya. Akan tetapi, saat hendak meraih anggur pemberian Shizuku, ibunya meninggal. Dan itulah terakhir kali Shizuku berada di sisinya.

Awalnya Shizuku sudah lupa, tetapi ia teringat kembali saat meminum wine ini. Wine itu merupakan segel yang mengunci memorinya. Perpisahan abadi, itulah jawaban Shizuku.

 Robert pun mengumumkan jawaban. Satu tahun yang lalu, ia dan Kanzaki Yutaka melihat lukisan The Angelus. Saat itu, Yutaka berkata ia seperti sedang meminum Chateau Mouton Rothschild. Persis seperti pasangan yang digambarkan dalam The Angelus, dia pasti merasa berterima kasih kepada bumi.


Jadi, kompetisi kali ini dimenangkan Issei.

 Shizuku tidak keberatan. Ia hanya ingin tahu memori apa yang tersimpan dalam aroma wine ini. Ia sudah lama tidak menempati rumah itu dan tidak tertarik pula dengan 2 milyar. Shizuku hanya ingin tahu apa yang ayahnya pikirkan. Oleh karena itu, ia akan melanjutkan pertarungan ini.
 Shizuku meminta Chateau untuk dirinya dan memohon diri. Sebelum pergi, ia menolak tawaran Saionji untuk pindah tugas ke departemen penjualan. Shizuku pun mengajak Shinohara meninggalkan tempat itu.
 Robert bertanya pada pengacara Kiryu. Ketika Shizuku pertama kali memegang Mouton, dia memecahkannya bukan?


Ya.

Itu berarti Shizuku mengingat tahun kematian ibunya, 1990. Shizukku mengingat sesuatu yang berasal dari ketika ia berumur 5 tahun hanya dengan aroma wine. Itu membatnya ingat rasa anggur yang ditanam di tahun yang sama.

Robert tersenyum. Padahal Shizuku hanyalah pemula yang baru saja mulai minum wine.

Pengacara Kiryu menimpali. Ini sepertinya akan menjadi menarik.

“Akhirnya ini dimulai, Yutaka. Inilah saat kedua benih itu tumbuh.” Kata Robert.



Di toko Fujieda, Miyabi kesal dengan Shizuku yang sama sekali tidak mendengarkan perkataannya. Shizuku minta maaf karena ia sedang memikirkan sesuatu. Shizuku meminum Mouton 1990 lagi dan memuji kelezatannya.


Miyabi minta diberi yang lain. Fujieda memberikan mereka Chateau Mouton Rotchschild tahun 1985.
 Shizuku menghirup aroma wine itu dan tersentak. Ia teringat sesuatu. Sebuah buku tua.

“Ada apa?” tanya Miyabi.

“Maaf…” kata Shizuku, “Aku tidak bisa meminum wine ini.”
-----
TBC
-----
Note: Chapter yang bikin capek saking panjangnya dan penuh istilah dan penjelasan. ==;;

PS: Buat teman-teman yang berkeyakinan tidak minum alkohol—termasuk saya, walaupun penggambaran wine di sini asli bikin ngiler, tapi jadikan drama ini sekedar hiburan ya. Kalau masih penasaran dengan rasa wine, mending minum jus anggur saja deh, haha ^^b

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan meninggalkan jejak :D