Mereka kembali
bingung bagaimana mencari pekerjaan baru. Sekiguchi mengusulkan untuk mencari
jamur matsutake di gunung. Mereka setuju.
Di gunung,
Nakamura mengeluh mengapa ia juga harus mencari-cari jamur. Yoshie menjawab itu
karena bagi para gadis, berada di gunung adalah hal yang berbahaya. Terutama
bagi Yoshie yang memiliki pinggul yang indah.
Naomi
mencibir, itu malah seperti pinggul
beruang.
Tomoko
menemukan sebuah jamur. Teman-temannya bertepuk tangan. Nakamura menemukan
seuah jamur. Tetapi itu adalah jamur beracun.
“Hebat… apakah hutan ini milik keluargamu?” Nakamura bertanya kepada Sekiguchi. Sekiguchi menggeleng.
“Lalu sejauh apa kita bisa mengambilnya?” Nakamura kembali bertanya.
Dan bukannya menjawab, Sekiguchi malah mengulang pertanyaannya, “Sejauh apa?”
“Eh? Bukankah hutan ini milik kakekmu?”
“Bukan. Ini milik kakek sepupu teman ibuku.”
Nakamura
langsung mengerut. “Apa ini benar-benar legal…” gumamnya.
“Sudahlah.
Di Jepang hal itu sangat ambigu.” Timpal Naomi.
Tomoko
menemukan papan peringatan yang berbunyi: Peringatan! Pencuri akan didenda 500
ribu yen. Mereka semua terkejut. Tepat pada saat itu, mereka melihat petugas
hutan yang sedang berkeliling. Tomoko dkk pun kontan melarikan diri.
Keluar
mulut harimau, masuk ke mulut buaya. (Atau terbalik?) Setelah menghindari
petugas hutan, mereka lantas bertemu babi hutan.
Mereka menjerit histeris dan adegan kejar-kejaran pun dimulai.
Mereka
berlima mendapatkan sertifikat beserta uang penghargaan karena telah
mengalahkan babi hutan itu. Mereka sangat senang dan langsung menggunakan uang
itu untuk membeli instrumen bekas.
Yah.
Namanya juga instrumen bekas, begitu dipakai langsung copot. Di dalam drum
Naomi, bahkan ada tikus yang bersarang.
“Inilah
yang kumaksud dengan menggunakan instrumen bekas.” Ujar Nakamura.
“Lalu
mengapa kau tidak bilang sebelum kita membelinya?” Tomoko menyalahkan Nakamura.
“Kau memiliki pandangan tentang ini tetapi tidak mengatakannya!”
“Tapi…”
“Jangan
tapi-tapi!” bentak Tomoko, “Kita sudah menghabiskan uang kita! Apa yang harus
dilakukan sekarang!”
“Kau
mungkin bisa memperbaikinya.” Usul si gadis gitar memotong.
“Ah!
Jangan-jangan…” Si gadis bass terkejut.
Mereka
bertujuh datang ke sebuah tempat pembuangan mobil bekas. Mereka menemui dua
pemuda mantan pacar/anggota band si gadis bass dan si gadis gitar. Kedua pemuda
itu diminta memperbaiki instrumen Tomoko dkk.
Setelah
negosiasi yang aneh (soalnya kedua cowok itu pake nangis2 sambil nyanyi lagu
ciptaan mereka yang geje), instrumen musik Tomoko dkk pun diperbaiki.
Mereka
langsung berlatih dengan senang begitu instrumennya jadi. Sayangnya, lantas
dilempari batu oleh anak-anak kecil karena berisik.
Latihan
dipindah ke tempat karaoke. Dan tentu saja langsung diusir oleh manajer tempat
itu.
Yoshie
mengeluh, lalu di mana mereka bisa latihan?
Seorang
pria menawarkan mereka bermain di tempatnya.
Swing
girls tampil di depan sebuah supermarket. Tapi karena pertunjukannya hancur,
penonton malah jadi pergi. Pria yang menawari tempat itu lantas marah kepada
mereka.
Saat
berberes, si gadis gitar dan gadis bass pergi meninggalkan kelompok itu.
Sekiguchi
berbicara pada seorang pria asing yang sepertinya mengerti soal musik jazz. Nakamura
bertanya siapa pria itu. Karena kacamatanya lepas, Sekiguchi tidak bisa melihat
dengan jelas.
Tomoko cs
mengikuti pria itu sampai ke rumahnya. Dari kaca jendela, mereka melihat pria
itu memainkan saksofon dengan oke. Dan saat menoleh, ternyata pria itu adalah…
…Guru
matematika mereka.
Pak Guru
menunjukkan beberapa koleksi album piringan hitam jazznya. Ia mengayunkan tangannya
dengan semangat, meniru konduktor saat melakukan conducting.
Tomoko
mengambil saksofon Pak Guru dan tak sengaja menjatuhkan buku pelajaran berjudul
101 Jazz, Mahir dengan Sangat Cepat.
Yoshie mengira buku itu untuk mereka.
Pak Guru
bilang itu adalah awal yang bagus. Tomoko menjawab, kau akan mengajari kami
tentang jazz bukan? Pak Guru terkejut dan bingung, lalu mengangguk dengan ragu.
Tomoko dkk
terpekik senang. Nakamura menyerahkan saksofon Pak Guru sambil berkata, tolong
ajari kami, Guru.
Pak Guru langsung memainkan saksofon dengan gaya yang mantap…
…dan ia pun
dimarahi oleh guru les musiknya karena permainannya yang sama sekali tidak ada
kemajuan. (Jadi orang ini rupanya nggak bisa musik. -__-a)
Ia sudah
belajar 3 tahun dan tidak ada perubahan. Pengiring latihannya sampai
marah-marah. Tetapi Pak Guru matematika punya alasan kali ini, sehingga ia
harus berlatih sungguh-sungguh.
Lalu guru
musiknya mengajari tentang beat.
Pak Guru
matematika kemudian meneruskan pelajaran mengenai beat pada murid-muridnya.
Murid-murid
pulang. Sekiguchi mendengarkan lagu lampu lalu lintas yang terdengar seperti
jazz.
Nakamura
berkata bukan. Ia bertepuk tangan sesuai ketukan lagu. Sekiguchi bertepuk
tangan pada beat yang berbeda.
Wow, ini
jazz!
Mereka
lantas bertepuk tangan sesuai irama jazz. Setelah mengerti tentang beat, mereka
mulai bisa merasakan musik jazz yang ternyata ada di mana-mana; tempat parkir,
tempat ping-pong, dll.
Esoknya
anggota band Swing Girls kembali menampilkan pertunjukan jalanan. Kali ini
musiknya lebih rapi. Semua penonton bertepuk tangan.
Selesai menampilkan sebuah lagu, di papan poster Swing Girls, Nakamura menambahkan tulisan and a boy di bawahnya.
Swing
Girls (and a boy) mulai bermain lagi. Para mantan anggota Swing Girls melihat pertunjukan
itu dan langsung buru-buru pergi ke toko instrumen. Mereka menggadaikan barang
mewah mereka untuk ditukar dengan instrumen musik.
Dengan
seragam sekolah lengkap, mereka turut meramaikan pertunjukan yang ditutup
dengan tepuk tangan meriah ini.
Tomoko
berlari sekencangnya. Ia menunjukkan poster pengumuman pertunjukan band
pelajar.
Tetapi rupanya teman-temannya juga menggenggam poster yang sama.
Mereka
berencana ikut dan meminta Pak Guru matematika menjadi konduktor mereka.
Di atap
sebuah gedung, para Swing Girls (and a boy) membuat video demonstrasi mereka.
Pak Guru menyerahkan video demo itu kepada Tomoko untuk dikirim.
Yoshie meminta petunjuk dari Pak Guru untuk penampilan solonya, namun Pak Guru mengelak untuk memberikan arahan.
Tomoko
melempari Yoshie dengan bola salju dan dalam sekejap, perang salju pun pecah.
Tomoko
juga melempar bola salju kepada Nakamura. Saat Nakamura akan membalas, Tomoko
terjatuh dan terbaring seperti orang mati.
Nakamura menurunkan bola saljunya dan menawari Tomoko uluran tangan.
Tomoko langsung bangkit dan menendang pohon di dekat Nakamura. Nakamura yang kejatuhan bom salju pun hanya bisa bengong.
“Bodoh.”
Tomoko dkk
melihat foto-foto anggota brass band. Bu Guru datang dan mendapati mereka
sedang mengamati seragam-seragam klub brass band. Mereka membicarakan tentang audisi
dan musik jazz dengan Bu Guru.
Bu Guru berkata, untuk musisi klasik, menangkap irama jazz adalah hal yang sulit. [klub brass band sepertinya mengiblat ke musik klasik]
Para murid
lantas bertanya tentang tumpukan piringan lagu jazz yang belajar di lemari klub
brass band. Ternyata Pak Guru matematika yang meletakkannya di sana sekitar 2-3
tahun lalu. Mungkin Pak Guru menyukai Bu Guru, terka Nakamura.
Dia sangat
berdedikasi, aku mengundangnya datang tapi entah mengapa ia berhenti datang
setelah beberapa waktu.
Bu Guru
lantas menyemangati mereka. Peserta pertunjukan musik itu tidak banyak, jadi
seharusnya mereka lolos audisi video demo, papar Bu Guru. Ia lalu meninggalkan
ruangan.
Seketika
Tomoko teringat kepada video yang belum dikirimnya. Ia mencoba pamit untuk
pulang terlebih dahulu. Nakamura mengira itu karena Tomoko mau makan ramen
sendiri, tanpa mereka. Bukan itu, sahut Tomoko.
Tomoko
berlari dan memasukkan video demo ke dalam kotak pos. Dan ia berdoa
sungguh-sungguh supaya video itu tiba tepat waktu.
Yoshie berlatih untuk penampilan solonya. Ia merasa harus menambahkan nada tinggi pada bagian terakhir, tetapi tidak tahu tekniknya.
Seekor
tikus muncul dari ujung terompet Yoshie, menyebabkan Yoshie terkejut dan mengeluarkan
nada tinggi yang ia inginkan.
Ah,
berhasil! Berhasil!
Nakamura
tampak puas dengan potongan rambut barunya. Di seberang jalan, ia melihat Pak
Guru matematika masuk ke dalam sekolah musik dengan gestur yang aneh. Nakamura
mengikutinya.
Di dalam,
ia mendapati kenyataan bahwa Pak Guru tidak becus bermain musik. Ia terkejut.
Pak Guru juga membeku saat tahu Nakamura berada di sana.
Pak Guru meminta maaf. Ia mohon hal ini jangan sampai tersebar kepada para gadis. Ia tidak punya muka untuk menjadi konduktor pada pertunjukan mereka.
Sebuah surat balasan tiba dan Tomoko menerimanya dengan senang. Ia membuka surat itu dan membacanya. “Tahun ini, mempertimbangkan jumlah peserta yang banyak secara tak terduga, kami mengadakan pertunjukan dengan memakai sistem siapa cepat dia dapat. Sayang sekali…”
Tomoko
lemas dan menjatuhkan surat itu. [Karena Tomoko telat mengirimkan video,
sepertinya mereka tidak dapat jatah tampil]
Para Swing
Girls mempersiapkan kostum mereka sendiri. Yoshie membuat jimat berbentuk
boneka tikus. Ia menyapa Tomoko yang tampak murung.
Tomoko
berusaha mengaku pada Yoshie, tapi batal karena Yoshie dipanggil. Lalu kepada
Naomi, yang kemudian gagal juga. Lalu Sekiguchi dan seluruh kelas, tetapi
akhirnya tidak jadi juga.
Anggota
brass band berangkat duluan dengan bis, sementara Swing dengan kereta. Di dalam
kereta, mereka berfoto ceria, sementara Tomoko masih murung. Tomoko duduk di
gerbong lain. Nakamura menyusulnya dan bertanya apakah Tomoko sakit.
Yoshie
berseru melihat Nakamura dan Tomoko berduaan, mengira itu adalah sebuah momen
pernyataan cinta. Semuanya ikut terpekik senang.
Di sisi
lain, Tomoko akhirnya bisa juga mengakui isi surat pemberitahuan yang
diterimanya kepada Nakamura. Pada saat yang sama, kereta berhenti berjalan.
Nakamura
kembali ke gerbong para Swing Girls dengan wajah lesu. Yoshie menepuknya sambil
berkata, ini bukan waktunya untuk ber-lovey dovey. Sementara itu, Tomoko
bersembunyi di balik tempat duduk.
Nakamura lalu meneruskan hal yang disampaikan Tomoko kepada teman-temannya yang lain.
Para Swing
Girls tentu saja naik pitam. Mereka menatap Tomoko tajam.
“Aku tak
percaya, setelah kita berlatih dengan begitu keras…” kata Yoshie.
“Aku tak
bisa menerimanya. Ini benar-benar konyol.” Timpal yang lain.
Tomoko
merasa sangat bersalah.
Seorang
penumpang kereta menyetel radio yang menyiarkan musik jazz.
Sekiguchi ikut membunyikan instrumennya, disusul yang lain. Jadilah pertunjukan dadakan di dalam kereta.
Tomoko yang menyaksikan hal itu, semakin lemas.
Nakamura
menyerahkan saksofon kepada Tomoko, menariknya untuk bergabung dengan mereka.
Tomoko pun tersenyum dan ikut bermain dalam pertunjukan dadakan itu.
“Tolong
berhenti sebentar!” pinta Nakamura yang menyadari ada sesuatu.
Di luar
kereta, Bu Guru memanggil dari dalam bus yang menjemput mereka.
Bu Guru menjelaskan bahwa karena ada satu peserta yang tidak bisa hadir, Swing Girls bisa ikut dalam pertunjukan itu. Jadi Bu Guru cepat-cepat pergi untuk mencari mereka.
Tomoko
senang karena Bu Guru bersusah payah hanya untuk mencari mereka.
“Sayang
sekali mereka sudah tidak ada waktu kembali,” ujar Bu Guru.
Aaaah, semuanya
langsung menepuk kepala masing-masing.
Pertunjukan
musik terus berlangsung, hingga pada akhirnya giliran Swing Girls tiba. MC
menjelaskan bahwa anggota Swing Girls terjebak kereta yang mogok, sehingga
tidak bisa hadir. Sebagian penonton mulai meninggalkan kursi.
Naomi
mengetuk aba-aba dengan asal karena kegugupannya belum hilang.
“Tunggu!”
seru Sekiguchi. Ia menggetarkan garpu tala dan mendekatkan benda itu ke
pendengarannya. Ia melakukan tuning, diikuti oleh anggota Swing Girls yang
lain.
Naomi membenarkan drumnya, sementara Yoshie menaruh boneka tikus di ujung terompetnya.
Nakamura juga memberi kode yang sama.
Naomi mengawali dengan hitungan yang pas dan pertunjukan Swing Girls pun dimulai.
Seluruh
penonton yang tampak terhanyut dalam alunan lagu yang dibawakan Swing Girls.
Bahkan penonton yang sudah berada di luar pun kembali ke dalam ruangan.Kedua reparator instrumen membuat si gadis bass dan gadis gitar melongo karena mereka membawa spanduk bertuliskan Suka Suka Suka Suka.
Lagu pertama mendapat tepuk tangan meriah dan lagu kedua pun dimulai beberapa saat setelahnya.
Sewaktu
bermain, Tomoko berseru senang saat melihat Pak Guru matematika.
Para Swing Girls yang senang gurunya turut hadir di pertunjukan itu, bermain dengan lebih semangat.
Kedua
reparator mendapat ide untuk melakukan sesuatu dengan lighting panggung.
Lampu menyorot Naomi saat
pertunjukan solo drum. Si gadis gitar dan gadis bass tersenyum saat mengetahui
kedua mantan pacar merekalah yang ada di balik ide cerdas itu
Penonton
bertepuk tangan meriah atas gebukan drum Naomi. Kemudian, saat suara instrumen lain
masuk, penonton mulai bertepuk tangan mengikuti beat.
“Ada dua
jenis orang di dunia, yang melakukan swing dan yang tidak.” Ujar Inoue dan ia
pun berdiri sambil bertepuk tangan yang kemudian diikuti seluruh penonton.
Lampu menyorot Sekiguchi yang tampil dengan bagian solonya.
Di belakang bangku penonton, Pak Guru melakukan kondukting dan dengan bangga mengakui Swing Girls adalah anak didiknya. Bu Guru mendekatinya sambil berkata, Jazz lebih keren daripada yang kupikirkan.
Sementara
itu, permainan Swing Girls semakin bagus. Yoshie mendapatkan sorot lampu saat
memainkan bagian solonya.
Seperti waktu latihan, ia berhasil mencapai nada tinggi pada bagian terakhir, sehingga membuat penonton berseru memuja.
Kali ini
giliran solo Nakamura, yang dilanjutkan dengan duet bersama Tomoko yang
memainkan saksofonnya sambil berdiri.
Seluruh
gadis juga berdiri saat masuk kembali ke dalam lagu, kemudian mereka
bersama-sama memainkan bagian terakhir lagu dengan sempurna.
Penonton memberikan tepuk tangan yang semeriah mungkin saat lagu itu berakhir.
Dan Swing
Girls pun tersenyum dengan sangat lebar. Ini merupakan hasil pencapaian yang
sangat manis, terutama setelah perjuangan berat yang mereka lakukan sebelumnya.
-----
END
-----
Cuma satu
hal yang perlu di sayangkan: Tomoko dan Nakamura nggak dapet scene jadian
/plak! Apa boleh buat? Film-film Jepang diproduksi tanpa kenal takut filmnya
gak laku sih. Jadi isinya nggak terjebak rumus ampuh romantic comedy.
Overall,
cerita ini sangat oke. Unsur humor yang diselipin sukses membuat saya ngakak.
Terutama bagian kejar-kejaran sama babi hutan. Porsi pertunjukan musik di
bagian terakhir cukup banyak dan digarap dengan bagus. Saya terbawa tense lagu
yang awalnya lambat, semakin lama semakin cepat, dan mencapai klimaks dengan
mulus. Bisa ikut menikmati dan ngerti di mana bagusnya pertunjukan itu walaupun
saya sebenernya buta musik.
Well, it
was outstanding!